Reaksi yang berlangsung karena pergantian satu atau lebih atom atau gugus
dari suatu senyawa atom atau gugus lain disebut reaksi substitusi. Bila reaksi
substitusi melibatkan nukleofik, maka reaksi disebut substitusi nukleofilik
(SN), dimana S menyatakan substitusi dan N menyatakan Nukleofilik.
Spesies yang bertindak sebagai penyerang adalah nukleofil
(basa lewis), yaitu spesies yang dapat memberikan pasangan elektron ke atom
lain untuk memebentuk ikatan kovalen. Perubahan yang terjadi pada reaksi ini
pada dasarnya adalah suatu nukleofil dengan membawa pasangan elektronnya
menyerang substrat ( molekul yang menyediakan karbon untuk pembentukan ikatan
baru), membentuk ikatan baru dan salah satu substituen pada atom karbon lepas
bersama pasangan elektronnya yang disebut gugus pergi (leaving group).
Reaksi
Substitusi Nukleofilik 1 (SN1)
Mekanisme reaksi SN1 hanya
terjadi pada alkil hailda tersier. Nukleofil yang dapat menyerang adalah
nukleofil basa sangat lemah seperti H2O, CH3COOH. Mekanisme SN1 melalui beberapa tahap. Pada tahap pertama, ikatan
antara karbon dan gugus bebas putus, atau substrat terurai. electron – electron
ikatan terlepas bersama dengan gugus bebas, dan terbentuklah ion karbonium.
pada tahap kedua, yaitu tahap cepat, ion karbonium bergabung dengan nukleofil
membentuk hasil.
Berikut ini adalah ciri-ciri suatu reaksi yang berjalan melalui
mekanisme SN1:
v Kecapatan reaksinya tidak tergantung pada konsentrasi nukleofil.
Tahap penentu kecepatan reaksi adalah tahap pertama di mana nukleofil tidak
terlibat.
v Jika karbon pembawa gugus pergi adalah bersifat kiral, reaksi
menyebabkan hilangnya aktivitas optik karena terjadi rasemik.
Reaksi Substitusi Nukleofil 2 (SN2)
Nukleofil
menyerang dari belakang ikatan C-X. Pada keadaan transisi, nukleofil dan gugus
pergi berasosiasi dengan karbon di mana substitusi akan terjadi. Pada saat
gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron, nukleofil memberikan
pasangan elektronnya untuk dijadikan pasangan elektron dengan karbon. Notasi 2
menyatakan bahwa reaksi adalah bimolekuler, yaitu nukleofil dan substrat
terlibat dalam langkah penentu kecepatan reaksi dalam mekanisme reaksi.
Tahapan reaksi substitusi
nukleofilik bimolekuler, SN2
Nukleofil menyerang dari
belakang ikatan C-X. Pada keadaan transisi, nukleofil dan gugus pergi
berasosiasi dengan karbon di mana substitusi akan terjadi. Pada saat gugus
pergi terlepas dengan membawa pasangan electron, nukleofil memberikan
pasangan elektronnya untuk dijadikan pasangan elektron dengan karbon. Mekanisme reaksi SN2 hanya terjadi pada alkil halida primer dan
sekunder. Nukleofil yang menyerang adalah jenis nukleofil kuat seperti -OH,
-CN, CH3O-. Serangan dilakukan dari belakang. Untuk lebih jelas,
perhatikan contoh reaksi mekanisme SN2 bromoetana dengan ion hidroksida berikut
ini:
Adapun ciri reaksi SN2 adalah:
v Karena nukleofil dan substrat terlibat dalam langkah penentu
kecepatan reaksi, maka kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi kedua
spesies tersebut.
v Reaksi terjadi dengan pembalikan (inversi) konfigurasi. Misalnya
jika kita mereaksikan (R)-2-bromobutana dengan natrium hidroksida, akan
diperoleh (S)-2-butanol.Ion hidroksida menyerang dari belakang ikatan C-Br.
Pada saat substitusi terjadi, ketiga gugus yang terikat pada karbon sp3 kiral
itu seolah-olah terdorong oleh suatu bidang datar sehingga membalik. Karena
dalam molekul ini OH mempunyai perioritas yang sama dengan Br, tentu hasilnya
adalah (S)-2-butanol. Jadi reaksi SN2 memberikan hasil inversi.
v Jika substrat R-L bereaksi melalui mekanisme SN2, reaksi terjadi
lebih cepat apabila R merupakan gugus metil atau primer, dan lambat jika R
adalah gugus tersier. Gugus R sekunder mempunyai kecepatan pertengahan. Alasan
untuk urutan ini adalah adanya efek rintangan sterik. Rintangan sterik gugus R
meningkat dari metil < primer < sekunder < tersier. Jadi kecenderungan
reaksi SN2 terjadi pada alkil halida adalah: metil > primer > sekunder
>> tersier.
Reaksi Substitusi Elektrofilik
Mekanisme
reaksi substitusi elektroflik unimolekuler terdiri dari dua tahap, yaitu tahap ionisasi yang berlangsung
lambat dan merupakan tahappenentu laju reaksi, dan tahap
penggabungan karbanion dengan elektrofil yang berlangsung cepat.
Produk reaksi yang mengikuti mekanisme Substitusi
elektrofilik 1 dapat menghasilkan produk dengan mempertahankan konfigurasi
semula (retensi), atau rasemisasi, atau pembalikan konfigurasi (inversi)
sebagian, tergantung pada faktor-faktor kestabilan karbanion, konsentrasi
elektrofil, kekuatan elektrofil dan konfigurasi karbanion.
Carey, F.A. 2000. Organic Chemistry, Fourth Edition. USA
: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Firdaus. 2013. Modul Pembelajaran Matakuliah Kimia Organik
Fisik II. Makassar : Universitas Hasanuddin Press.
McMurry, J.E. 2012. Organic Chemistry, Eighth Edition. USA :
Cengage Learning.
Pertanyaan
Diskusi:
1.
Jelaskan pengaruh perbedaan halida primer dan sekunder terhadap halida
anilik dan benzilik?
2.
Jelaskan mengapa klorobenzena tidak reaktif terhadap serangan nukleofil?
3.
Sebutkan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi substitusi nukleofilik?
Holla benay
ReplyDelete1. Halida alilik dan benzilik primer dan sekunder dapat bereaksi dengan mekanisme SN1 maupun SN2, karena strukturnya mirip dengan alkil halida primer dan sekunder dengan satu atau dua gugus terikat pada atom C pengikat gugus pergi yang tidak menghalangi serangan nukleofil. Senyawa-senyawa ini juga dapat bereaksi SN1 karena dapat membentuk karbokation yang relatif stabil. Hal inilah yang membedakan senyawa-senyawa ini dari halida primer dan sekunder.
2. Ketidakreaktifan klorobenzena ini disebabkan oleh:
A) Atom-atom karbon tidak jenuh pada klorobenzena kaya elektron, sehingga nukleofil yang juga kaya elektron tidak akan menyerang atom-atom karbon tidak jenuh tersebut, menyebabkan reaksi SN2 tidak berlangsung.
B). Kation fenil (karbokation fenil) sangat tidak stabil, bahkan kestabilannya lebih rendah dari pada karbokation primer, sehingga reaksi SN1 juga tidak akan berlangsung pada klorobenzena ini,
C). Ikatan C-X pada klorobenzena lebih pendek dan lebih kuat dari pada ikatan C-X pada alkil, alil dan benzil halida sehingga diperlukan energi yang tinggi untuk memutuskan ikatan C-X tersebut.
3. Struktur, atom yang digunakan, konsentrasi dan kekuatan basa
1. Halida alilik dan benzilik primer dan sekunder dapat bereaksi dengan mekanisme SN1 maupun SN2, karena strukturnya mirip dengan alkil halida primer dan sekunder dengan satu atau dua gugus terikat pada atom C pengikat gugus pergi yang tidak menghalangi serangan nukleofil. Senyawa-senyawa ini juga dapat bereaksi SN1 karena dapat membentuk karbokation yang relatif stabil. Hal inilah yang membedakan senyawa-senyawa ini dari halida primer dan sekunder.
ReplyDelete2. Ketidakreaktifan klorobenzena ini disebabkan oleh:
A) Atom-atom karbon tidak jenuh pada klorobenzena kaya elektron, sehingga nukleofil yang juga kaya elektron tidak akan menyerang atom-atom karbon tidak jenuh tersebut, menyebabkan reaksi SN2 tidak berlangsung.
B). Kation fenil (karbokation fenil) sangat tidak stabil, bahkan kestabilannya lebih rendah dari pada karbokation primer, sehingga reaksi SN1 juga tidak akan berlangsung pada klorobenzena ini,
C). Ikatan C-X pada klorobenzena lebih pendek dan lebih kuat dari pada ikatan C-X pada alkil, alil dan benzil halida sehingga diperlukan energi yang tinggi untuk memutuskan ikatan C-X tersebut.
3. Struktur, atom yang digunakan, konsentrasi dan kekuatan basa
1. Halida alilik dan benzilik primer dan sekunder dapat bereaksi dengan mekanisme SN1 maupun SN2, karena strukturnya mirip dengan alkil halida primer dan sekunder dengan satu atau dua gugus terikat pada atom C pengikat gugus pergi yang tidak menghalangi serangan nukleofil. Senyawa-senyawa ini juga dapat bereaksi SN1 karena dapat membentuk karbokation yang relatif stabil. Hal inilah yang membedakan senyawa-senyawa ini dari halida primer dan sekunder.
ReplyDeleteTerima kasih Beny,saya akan menjawab pertanyaan no 2, menurut saya ketidakreaktifan klorobenzena ini disebabkan oleh:
ReplyDeleteA) Atom-atom karbon tidak jenuh pada klorobenzena kaya elektron, sehingga nukleofil yang juga kaya elektron tidak akan menyerang atom-atom karbon tidak jenuh tersebut, menyebabkan reaksi SN2 tidak berlangsung.
B). Kation fenil (karbokation fenil) sangat tidak stabil, bahkan kestabilannya lebih rendah dari pada karbokation primer, sehingga reaksi SN1 juga tidak akan berlangsung pada klorobenzena ini,
C). Ikatan C-X pada klorobenzena lebih pendek dan lebih kuat dari pada ikatan C-X pada alkil, alil dan benzil halida sehingga diperlukan energi yang tinggi untuk memutuskan ikatan C-X tersebut.
3. Struktur, atom yang digunakan, konsentrasi dan kekuatan basa
Terima kasih, saya akan membantu menjawab nomor 1. Halida alilik dan benzilik primer dan sekunder dapat bereaksi dengan mekanisme SN1 maupun SN2, karena strukturnya mirip dengan alkil halida primer dan sekunder dengan satu atau dua gugus terikat pada atom C pengikat gugus pergi yang tidak menghalangi serangan nukleofil. Senyawa-senyawa ini juga dapat bereaksi SN1 karena dapat membentuk karbokation yang relatif stabil. Hal inilah yang membedakan senyawa-senyawa ini dari halida primer dan sekunder.
ReplyDelete1. Halida alilik dan benzilik primer dan sekunder dapat bereaksi dengan mekanisme SN1 maupun SN2, karena strukturnya mirip dengan alkil halida primer dan sekunder dengan satu atau dua gugus terikat pada atom C pengikat gugus pergi yang tidak menghalangi serangan nukleofil. Senyawa-senyawa ini juga dapat bereaksi SN1 karena dapat membentuk karbokation yang relatif stabil. Hal inilah yang membedakan senyawa-senyawa ini dari halida primer dan sekunder.
ReplyDelete2. Ketidakreaktifan klorobenzena ini disebabkan oleh:
A) Atom-atom karbon tidak jenuh pada klorobenzena kaya elektron, sehingga nukleofil yang juga kaya elektron tidak akan menyerang atom-atom karbon tidak jenuh tersebut, menyebabkan reaksi SN2 tidak berlangsung.
B). Kation fenil (karbokation fenil) sangat tidak stabil, bahkan kestabilannya lebih rendah dari pada karbokation primer, sehingga reaksi SN1 juga tidak akan berlangsung pada klorobenzena ini,
C). Ikatan C-X pada klorobenzena lebih pendek dan lebih kuat dari pada ikatan C-X pada alkil, alil dan benzil halida sehingga diperlukan energi yang tinggi untuk memutuskan ikatan C-X tersebut.
3. Struktur, atom yang digunakan, konsentrasi dan kekuatan basa
Halida alilik dan benzilik primer dan sekunder dapat bereaksi dengan mekanisme SN1 maupun SN2, karena strukturnya mirip dengan alkil halida primer dan sekunder dengan satu atau dua gugus terikat pada atom C pengikat gugus pergi yang tidak menghalangi serangan nukleofil. Senyawa-senyawa ini juga dapat bereaksi SN1 karena dapat membentuk karbokation yang relatif stabil. Hal inilah yang membedakan senyawa-senyawa ini dari halida primer dan sekunder.
ReplyDelete2. Ketidakreaktifan klorobenzena ini disebabkan oleh:
A) Atom-atom karbon tidak jenuh pada klorobenzena kaya elektron, sehingga nukleofil yang juga kaya elektron tidak akan menyerang atom-atom karbon tidak jenuh tersebut, menyebabkan reaksi SN2 tidak berlangsung.
B). Kation fenil (karbokation fenil) sangat tidak stabil, bahkan kestabilannya lebih rendah dari pada karbokation primer, sehingga reaksi SN1 juga tidak akan berlangsung pada klorobenzena ini,
C). Ikatan C-X pada klorobenzena lebih pendek dan lebih kuat dari pada ikatan C-X pada alkil, alil dan benzil halida sehingga diperlukan energi yang tinggi untuk memutuskan ikatan C-X tersebut.
3. Struktur, atom yang digunakan, konsentrasi dan kekuatan basa
Terima kasih, untuk jawaban nomor 3
ReplyDeleteStruktur, atom yang digunakan, konsentrasi dan kekuatan basa
1. Halida alilik dan benzilik primer dan sekunder dapat bereaksi dengan mekanisme SN1 maupun SN2, karena strukturnya mirip dengan alkil halida primer dan sekunder dengan satu atau dua gugus terikat pada atom C pengikat gugus pergi yang tidak menghalangi serangan nukleofil. Senyawa-senyawa ini juga dapat bereaksi SN1 karena dapat membentuk karbokation yang relatif stabil. Hal inilah yang membedakan senyawa-senyawa ini dari halida primer dan sekunder.
ReplyDelete2. Ketidakreaktifan klorobenzena ini disebabkan oleh:
A) Atom-atom karbon tidak jenuh pada klorobenzena kaya elektron, sehingga nukleofil yang juga kaya elektron tidak akan menyerang atom-atom karbon tidak jenuh tersebut, menyebabkan reaksi SN2 tidak berlangsung.
B). Kation fenil (karbokation fenil) sangat tidak stabil, bahkan kestabilannya lebih rendah dari pada karbokation primer, sehingga reaksi SN1 juga tidak akan berlangsung pada klorobenzena ini,
C). Ikatan C-X pada klorobenzena lebih pendek dan lebih kuat dari pada ikatan C-X pada alkil, alil dan benzil halida sehingga diperlukan energi yang tinggi untuk memutuskan ikatan C-X tersebut.
3. Struktur, atom yang digunakan, konsentrasi dan kekuatan basa
1. Halida alilik dan benzilik primer dan sekunder dapat bereaksi dengan mekanisme SN1 maupun SN2, karena strukturnya mirip dengan alkil halida primer dan sekunder dengan satu atau dua gugus terikat pada atom C pengikat gugus pergi yang tidak menghalangi serangan nukleofil. Senyawa-senyawa ini juga dapat bereaksi SN1 karena dapat membentuk karbokation yang relatif stabil. Hal inilah yang membedakan senyawa-senyawa ini dari halida primer dan sekunder.
ReplyDelete2. Ketidakreaktifan klorobenzena ini disebabkan oleh:
A) Atom-atom karbon tidak jenuh pada klorobenzena kaya elektron, sehingga nukleofil yang juga kaya elektron tidak akan menyerang atom-atom karbon tidak jenuh tersebut, menyebabkan reaksi SN2 tidak berlangsung.
B). Kation fenil (karbokation fenil) sangat tidak stabil, bahkan kestabilannya lebih rendah dari pada karbokation primer, sehingga reaksi SN1 juga tidak akan berlangsung pada klorobenzena ini,
C). Ikatan C-X pada klorobenzena lebih pendek dan lebih kuat dari pada ikatan C-X pada alkil, alil dan benzil halida sehingga diperlukan energi yang tinggi untuk memutuskan ikatan C-X tersebut.
3. Struktur, atom yang digunakan, konsentrasi dan kekuatan basa
terimakasih atas artikel nya, saya akan mencoba menjawab pertanyaan no.2, Ketidakreaktifan klorobenzena ini disebabkan oleh:
ReplyDeleteA) Atom-atom karbon tidak jenuh pada klorobenzena kaya elektron, sehingga nukleofil yang juga kaya elektron tidak akan menyerang atom-atom karbon tidak jenuh tersebut, menyebabkan reaksi SN2 tidak berlangsung.
B). Kation fenil (karbokation fenil) sangat tidak stabil, bahkan kestabilannya lebih rendah dari pada karbokation primer, sehingga reaksi SN1 juga tidak akan berlangsung pada klorobenzena ini,
C). Ikatan C-X pada klorobenzena lebih pendek dan lebih kuat dari pada ikatan C-X pada alkil, alil dan benzil halida sehingga diperlukan energi yang tinggi untuk memutuskan ikatan C-X tersebut.
1. Halida alilik dan benzilik primer dan sekunder dapat bereaksi dengan mekanisme SN1 maupun SN2, karena strukturnya mirip dengan alkil halida primer dan sekunder dengan satu atau dua gugus terikat pada atom C pengikat gugus pergi yang tidak menghalangi serangan nukleofil. Senyawa-senyawa ini juga dapat bereaksi SN1 karena dapat membentuk karbokation yang relatif stabil. Hal inilah yang membedakan senyawa-senyawa ini dari halida primer dan sekunder.
ReplyDelete2. Ketidakreaktifan klorobenzena ini disebabkan oleh:
A) Atom-atom karbon tidak jenuh pada klorobenzena kaya elektron, sehingga nukleofil yang juga kaya elektron tidak akan menyerang atom-atom karbon tidak jenuh tersebut, menyebabkan reaksi SN2 tidak berlangsung.
B). Kation fenil (karbokation fenil) sangat tidak stabil, bahkan kestabilannya lebih rendah dari pada karbokation primer, sehingga reaksi SN1 juga tidak akan berlangsung pada klorobenzena ini,
C). Ikatan C-X pada klorobenzena lebih pendek dan lebih kuat dari pada ikatan C-X pada alkil, alil dan benzil halida sehingga diperlukan energi yang tinggi untuk memutuskan ikatan C-X tersebut.
3. Struktur, atom yang digunakan, konsentrasi dan kekuatan basa
Makasih ben
ReplyDelete2. Ketidakreaktifan klorobenzena ini disebabkan oleh:
A) Atom-atom karbon tidak jenuh pada klorobenzena kaya elektron, sehingga nukleofil yang juga kaya elektron tidak akan menyerang atom-atom karbon tidak jenuh tersebut, menyebabkan reaksi SN2 tidak berlangsung.
B). Kation fenil (karbokation fenil) sangat tidak stabil, bahkan kestabilannya lebih rendah dari pada karbokation primer, sehingga reaksi SN1 juga tidak akan berlangsung pada klorobenzena ini,
C). Ikatan C-X pada klorobenzena lebih pendek dan lebih kuat dari pada ikatan C-X pada alkil, alil dan benzil halida sehingga diperlukan energi yang tinggi untuk memutuskan ikatan C-X tersebut.
Haiiii benn mau jawab nih
ReplyDelete1. Halida alilik dan benzilik primer dan sekunder dapat bereaksi dengan mekanisme SN1 maupun SN2, karena strukturnya mirip dengan alkil halida primer dan sekunder dengan satu atau dua gugus terikat pada atom C pengikat gugus pergi yang tidak menghalangi serangan nukleofil. Senyawa-senyawa ini juga dapat bereaksi SN1 karena dapat membentuk karbokation yang relatif stabil. Hal inilah yang membedakan senyawa-senyawa ini dari halida primer dan sekunder.
Baik terima kasih
ReplyDelete1. Halida alilik dan benzilik primer dan sekunder dapat bereaksi dengan mekanisme SN1 maupun SN2, karena strukturnya mirip dengan alkil halida primer dan sekunder dengan satu atau dua gugus terikat pada atom C pengikat gugus pergi yang tidak menghalangi serangan nukleofil. Senyawa-senyawa ini juga dapat bereaksi SN1 karena dapat membentuk karbokation yang relatif stabil. Hal inilah yang membedakan senyawa-senyawa ini dari halida primer dan sekunder.
2. Ketidakreaktifan klorobenzena ini disebabkan oleh:
A) Atom-atom karbon tidak jenuh pada klorobenzena kaya elektron, sehingga nukleofil yang juga kaya elektron tidak akan menyerang atom-atom karbon tidak jenuh tersebut, menyebabkan reaksi SN2 tidak berlangsung.
B). Kation fenil (karbokation fenil) sangat tidak stabil, bahkan kestabilannya lebih rendah dari pada karbokation primer, sehingga reaksi SN1 juga tidak akan berlangsung pada klorobenzena ini,
C). Ikatan C-X pada klorobenzena lebih pendek dan lebih kuat dari pada ikatan C-X pada alkil, alil dan benzil halida sehingga diperlukan energi yang tinggi untuk memutuskan ikatan C-X tersebut.
3. Struktur, atom yang digunakan, konsentrasi dan kekuatan basa
1. Halida alilik dan benzilik primer dan sekunder dapat bereaksi dengan mekanisme SN1 maupun SN2, karena strukturnya mirip dengan alkil halida primer dan sekunder dengan satu atau dua gugus terikat pada atom C pengikat gugus pergi yang tidak menghalangi serangan nukleofil. Senyawa-senyawa ini juga dapat bereaksi SN1 karena dapat membentuk karbokation yang relatif stabil. Hal inilah yang membedakan senyawa-senyawa ini dari halida primer dan sekunder.
ReplyDelete2. Ketidakreaktifan klorobenzena ini disebabkan oleh:
A) Atom-atom karbon tidak jenuh pada klorobenzena kaya elektron, sehingga nukleofil yang juga kaya elektron tidak akan menyerang atom-atom karbon tidak jenuh tersebut, menyebabkan reaksi SN2 tidak berlangsung.
B). Kation fenil (karbokation fenil) sangat tidak stabil, bahkan kestabilannya lebih rendah dari pada karbokation primer, sehingga reaksi SN1 juga tidak akan berlangsung pada klorobenzena ini,
C). Ikatan C-X pada klorobenzena lebih pendek dan lebih kuat dari pada ikatan C-X pada alkil, alil dan benzil halida sehingga diperlukan energi yang tinggi untuk memutuskan ikatan C-X tersebut.
1. Halida alilik dan benzilik primer dan sekunder dapat bereaksi dengan mekanisme SN1 maupun SN2, karena strukturnya mirip dengan alkil halida primer dan sekunder dengan satu atau dua gugus terikat pada atom C pengikat gugus pergi yang tidak menghalangi serangan nukleofil. Senyawa-senyawa ini juga dapat bereaksi SN1 karena dapat membentuk karbokation yang relatif stabil. Hal inilah yang membedakan senyawa-senyawa ini dari halida primer dan sekunder.
ReplyDeleteTerimakasih
ReplyDeleteuntuk soal 2, Halida alilik dan benzilik primer dan sekunder dapat bereaksi dengan mekanisme SN1 maupun SN2, karena strukturnya mirip dengan alkil halida primer dan sekunder dengan satu atau dua gugus terikat pada atom C pengikat gugus pergi yang tidak menghalangi serangan nukleofil. Senyawa-senyawa ini juga dapat bereaksi SN1 karena dapat membentuk karbokation yang relatif stabil. Hal inilah yang membedakan senyawa-senyawa ini dari halida primer dan sekunder.
Makasih bento,mnurut saya jawaban no. 1. ialah Halida alilik dan benzilik primer dan sekunder dapat bereaksi dengan mekanisme SN1 maupun SN2, karena strukturnya mirip dengan alkil halida primer dan sekunder dengan satu atau dua gugus terikat pada atom C pengikat gugus pergi yang tidak menghalangi serangan nukleofil. Senyawa-senyawa ini juga dapat bereaksi SN1 karena dapat membentuk karbokation yang relatif stabil. Hal inilah yang membedakan senyawa-senyawa ini dari halida primer dan sekunder.
ReplyDelete1. Halida alilik dan benzilik primer dan sekunder dapat bereaksi dengan mekanisme SN1 maupun SN2, karena strukturnya mirip dengan alkil halida primer dan sekunder dengan satu atau dua gugus terikat pada atom C pengikat gugus pergi yang tidak menghalangi serangan nukleofil. Senyawa-senyawa ini juga dapat bereaksi SN1 karena dapat membentuk karbokation yang relatif stabil. Hal inilah yang membedakan senyawa-senyawa ini dari halida primer dan sekunder.
ReplyDelete2. Ketidakreaktifan klorobenzena ini disebabkan oleh:
A) Atom-atom karbon tidak jenuh pada klorobenzena kaya elektron, sehingga nukleofil yang juga kaya elektron tidak akan menyerang atom-atom karbon tidak jenuh tersebut, menyebabkan reaksi SN2 tidak berlangsung.
B). Kation fenil (karbokation fenil) sangat tidak stabil, bahkan kestabilannya lebih rendah dari pada karbokation primer, sehingga reaksi SN1 juga tidak akan berlangsung pada klorobenzena ini,
C). Ikatan C-X pada klorobenzena lebih pendek dan lebih kuat dari pada ikatan C-X pada alkil, alil dan benzil halida sehingga diperlukan energi yang tinggi untuk memutuskan ikatan C-X tersebut
2. Ketidakreaktifan klorobenzena ini disebabkan oleh:
ReplyDeleteA) Atom-atom karbon tidak jenuh pada klorobenzena kaya elektron, sehingga nukleofil yang juga kaya elektron tidak akan menyerang atom-atom karbon tidak jenuh tersebut, menyebabkan reaksi SN2 tidak berlangsung.
B). Kation fenil (karbokation fenil) sangat tidak stabil, bahkan kestabilannya lebih rendah dari pada karbokation primer, sehingga reaksi SN1 juga tidak akan berlangsung pada klorobenzena ini,
C). Ikatan C-X pada klorobenzena lebih pendek dan lebih kuat dari pada ikatan C-X pada alkil, alil dan benzil halida sehingga diperlukan energi yang tinggi untuk memutuskan ikatan C-X tersebut.
2. Ketidakreaktifan klorobenzena ini disebabkan oleh:
ReplyDeleteA) Atom-atom karbon tidak jenuh pada klorobenzena kaya elektron, sehingga nukleofil yang juga kaya elektron tidak akan menyerang atom-atom karbon tidak jenuh tersebut, menyebabkan reaksi SN2 tidak berlangsung.
B). Kation fenil (karbokation fenil) sangat tidak stabil, bahkan kestabilannya lebih rendah dari pada karbokation primer, sehingga reaksi SN1 juga tidak akan berlangsung pada klorobenzena ini,
C). Ikatan C-X pada klorobenzena lebih pendek dan lebih kuat dari pada ikatan C-X pada alkil, alil dan benzil halida sehingga diperlukan energi yang tinggi untuk memutuskan ikatan C-X tersebut.
2. Ketidakreaktifan klorobenzena ini disebabkan oleh:
ReplyDeleteA) Atom-atom karbon tidak jenuh pada klorobenzena kaya elektron, sehingga nukleofil yang juga kaya elektron tidak akan menyerang atom-atom karbon tidak jenuh tersebut, menyebabkan reaksi SN2 tidak berlangsung.
B). Kation fenil (karbokation fenil) sangat tidak stabil, bahkan kestabilannya lebih rendah dari pada karbokation primer, sehingga reaksi SN1 juga tidak akan berlangsung pada klorobenzena ini,
C). Ikatan C-X pada klorobenzena lebih pendek dan lebih kuat dari pada ikatan C-X pada alkil, alil dan benzil halida sehingga diperlukan energi yang tinggi untuk memutuskan ikatan C-X tersebut.
Halo beny, Terima kasih penjelasannya. Untuk jawaban nomor 3: Struktur, atom yang digunakan, konsentrasi dan kekuatan basa
ReplyDeletehay ben , no1. Halida alilik dan benzilik primer dan sekunder dapat bereaksi dengan mekanisme SN1 maupun SN2, karena strukturnya mirip dengan alkil halida primer dan sekunder dengan satu atau dua gugus terikat pada atom C pengikat gugus pergi yang tidak menghalangi serangan nukleofil. Senyawa-senyawa ini juga dapat bereaksi SN1 karena dapat membentuk karbokation yang relatif stabil. Hal inilah yang membedakan senyawa-senyawa ini dari halida primer dan sekunder.
ReplyDelete2. Ketidakreaktifan klorobenzena ini disebabkan oleh:
A) Atom-atom karbon tidak jenuh pada klorobenzena kaya elektron, sehingga nukleofil yang juga kaya elektron tidak akan menyerang atom-atom karbon tidak jenuh tersebut, menyebabkan reaksi SN2 tidak berlangsung.
B). Kation fenil (karbokation fenil) sangat tidak stabil, bahkan kestabilannya lebih rendah dari pada karbokation primer, sehingga reaksi SN1 juga tidak akan berlangsung pada klorobenzena ini,
C). Ikatan C-X pada klorobenzena lebih pendek dan lebih kuat dari pada ikatan C-X pada alkil, alil dan benzil halida sehingga diperlukan energi yang tinggi untuk memutuskan ikatan C-X tersebut.
3. Struktur, atom yang digunakan, konsentrasi dan kekuatan basa
2. Ketidakreaktifan klorobenzena ini disebabkan oleh:
ReplyDeleteA) Atom-atom karbon tidak jenuh pada klorobenzena kaya elektron, sehingga nukleofil yang juga kaya elektron tidak akan menyerang atom-atom karbon tidak jenuh tersebut, menyebabkan reaksi SN2 tidak berlangsung.
B). Kation fenil (karbokation fenil) sangat tidak stabil, bahkan kestabilannya lebih rendah dari pada karbokation primer, sehingga reaksi SN1 juga tidak akan berlangsung pada klorobenzena ini,
C). Ikatan C-X pada klorobenzena lebih pendek dan lebih kuat dari pada ikatan C-X pada alkil, alil dan benzil halida sehingga diperlukan energi yang tinggi untuk memutuskan ikatan C-X tersebut.
3. Struktur, atom yang digunakan, konsentrasi dan kekuatan basa
Saya akan menjawab pertanyaan no.1. Halida alilik dan benzilik primer dan sekunder dapat bereaksi dengan mekanisme SN1 maupun SN2, karena strukturnya mirip dengan alkil halida primer dan sekunder dengan satu atau dua gugus terikat pada atom C pengikat gugus pergi yang tidak menghalangi serangan nukleofil. Senyawa-senyawa ini juga dapat bereaksi SN1 karena dapat membentuk karbokation yang relatif stabil. Hal inilah yang membedakan senyawa-senyawa ini dari halida primer dan sekunder
ReplyDelete